Rabu, 08 Mei 2013

psikologi pendidikan




PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK











Oleh :


Firmansyah                                   (08.241.068)
Irwandi                                          (11.241.065)
Satyo rastra kotama putro         (11.241.060)
Muhammad hafis zhury              (11.241.085)
Muhammad junaidi                   (11.241.086)





FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP MATARAM
2012








KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat-Nya, dan dengan petunjuk-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Psikologi pendidikan.
Tugas makalah dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak” sangat bermanfaat sekali bagi orang tua dan guru, khususnya bagi penulis sebagai calon pengasuh dalam keluarga dan pendidik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan sukses tanpa bantuan orang lain.
Tiada gading yang tak retak, tiada sesuatu di dunia ini yang sempurna.Demikian pula tugas makalah ini.Kritik dan saran dari berbagai pihak sangatlah penulis harapkan agar dalam penulisan berikutnya lebih baik.






  






BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya. Orang-orang dewasa yang paling dekat dengan anak adalah orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pertama  dan utama bagi anak yang mempunyai pengaruh besar. Haryoko (1997: 2) berpendapat bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimlans dalam perkembangan anak.Orang tua mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa tanpa disadari semua perilaku serta kepribadian orang tua yang baik ataupun tidak ditiru anak. Anak tidak mengetahui apakah yang telah dilakukannya baik atau tidak, karena anak usia prasekolah belajar dari apa yang dia lihat.
Pembelajaran tentang sikap, perilaku dan bahasa yang baik sehingga akan terbentuknya kepribadian anak yang baik pula, perlu diterapkan sejak dini. Orang tua merupakan pendidik yang paling utama, guru serta teman sebaya yang merupakan lingkungan kedua bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) yang mengungkapkan bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru dan teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik dan tidak baik.
Pendidikan dalam keluarga yang baik dan benar, akan sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yang diberikan melalui pola asuh, akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian dari orang-orang yang berada disekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadian anak.
B. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian pola asuh orang tua?
2.    Apa itu kepribadian?
3.    Apa saja macam-macam pola asuh orang tua?
4.    Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak?
C. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk menjelaskan apa yang dimaksud pola asuh orang tua.
2.    Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kepribadian.
3.    Untuk mendiskripsikan macam-macam pola asuh orang tua.
4.    Untuk mendiskripsikan pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak usia dini.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu kewaktu.Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif.

B.     Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin“persona” yang berarti topeng. Menurut Gordon W All Port “Personality is the dynamic organization whitin the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjustment to his environment”.
Menurut bangsa Roma, persona berarti “bagaimana seseorang tampak pada orang lain”, bukan dari sebenarnya. Aktor menciptakan dalam pikiran penonton, suatu impresi dari tokoh yang diperankan diatas pentas, bukan impresi dari tokoh itu sendiri.Dari konotasi kata persona inilah, gagasan umum mengenai kepribadian sebagai kesan yang diberikan seseorang pada orang lain diperoleh. Apa yang dipikir, dirasakan dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make up” psikologis seseorang dan sebagian besar terungkapkan melalui perilaku, karena itu kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang.
Berdasarkan definisi All Port dapat disimpulkan bahwa, Kepribadian ialah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan.

C.    Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
1.      Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersiap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.Orang tua tipe ini juga bersikap realistik terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2.      Pola asuh Otoriter
      Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya diikuti dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Terlebih lagi orang tua tipe ini tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.
3.      Pola asuh Permisif
      Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orang tua nya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

D.    Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Anak prasekolah belajar cara berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan menjadi teman baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi mereka. Anak  prasekolah belajar banyak dari perilaku orang-orang disekitar mereka. Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya.Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak.
1.      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua.Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Karena dasardasar inilah yang akan membentuk kepribadian yang dibawa sampai masa tua.
Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.
Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja.Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya.Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja.
Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan anak pada usia ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian. Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus kesalahanya tersebut tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya perhatian dari orangtua.
Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua.Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua.Segala yang dilakukan anak selalu dengan pangawasan orang tua.Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif.Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri.
2.       Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak.Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah.Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak.Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik.
3.      Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari orang tua.
Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah keatas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda.Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua.Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi.Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak.Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan.
Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
Pada kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua yang kurang.Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting.Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh sang Pencipta.













BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telah diajarkan oleh orang tua. Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai harapan masa depan.
Pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi dengan pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.
Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukan kepribadian anak antara lain:
1. Penanaman pekerti sejak dini.
2. Mendisiplinkan anak.
3. Menyayangi anak secara wajar.
4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak.
5. Hati-hati dalam menghukum anak.
Strategi dalam pembentukan kepribadian anak:
1. Tekankan segi positif.
2. Jaga agar peraturan tetap sederhana.
3. Bersikap proaktif.
4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah.

5. Mengatasi transisi.
6. Negosiasi dan kompromi.
7. Jangan membuat alasan.
8. Hindari kontrol lewat rasa bersalah.
Dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yang tidak bekerja berbeda. Begitu pula dengan gaya pengasuhan orang tua yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah. Dan juga pola asuh orang tua yang tingkat perekonomian menengah keatas dan orang tua yang perekonomiannya menengah kebawah.Masing-masing pola asuh yang telah diberikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap pembentukan kepribadian anak.
B. Saran
1.Dalam pengasuhan anak orang tua harus mamperhatikan tingkat perkembangan anak.
2. Semua perilaku orang tua yang baik atau buruk akan ditiru oleh anak, oleh karena itu perlunya orang tua untuk menjaga setiap perilakunya sehingga anak akan meniru sikap positif dari orang tua.
3.  Pola asuh orang tua harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pada saat itu, ada kalanya orang tua bersikap demokratis, ada kalanya juga harus bersikap otoriter, ataupun bersikap permisif.


















DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Nuraeni.2006. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Tehadap Pembentukan Kepribadian    Anak Taman Kanak-Kanak.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH9d3a.dir/doc.pdf
Anonim. 2006. Lentera Kehidupan Pendidikan Anak. http://beranda.blogsome.com
/2006/04/20/pola-asuh-anak/trackback/

pengaruh ethanol terhadap buah salak



PENGARUH ETHANOL TERHADAP KESEPATAN BUAH SALAK

Oleh
muhammad junaidi

Jurusan fisika

Universitas ikip mataram


ABSTRACT


Salak (Salaca edulis Reinw.) is one of Indonesia’s indigenous tropical fruits, which has given a priority being developed as one of an export horticultural commodity. One of problems which causes in difficulty of marketing of this fruit is that it contains high concentration of tannin of which gives an astringent taste of the fruit.  Therefore, this research has tried to reduce this taste by applying ethanol solution and vapor to the intact fruits.
            The result indicated that by applying ethanol both as solution and vapour has significantly reduced the concentration of tannin of the salak fruit. Other beneficial effects of ethanol were to increase the total soluble solid and reduce the acidity of the fleshy part of the fruit.  All these effects could bring a new market development for salak fruit.  Further research, however, should be performed to identify the minimum concentration of ethanol in the fleshy of the fruit to give significant reduction of the tannin and the threshold concentration of ethanol to give a taste of  ethanol in the fleshy fruit.

Kata kunci:  Salak, ethanol, ethyl alcohol, astringency, senyawa volatile
 


PENDAHULUAN


Buah salak (Salaca edulis Reinw.) adalah komoditas indegenous Indonesia dan merupakan salah satu buah unggulan daerah Bali dan juga telah dimasukkan sebagai unggulan nasional karena potensinya yang tinggi untuk dipasarkan dalam negeri, kemungkinan untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor, potensinya yang baik untuk agribisnis dan agroindustri, telah memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani. Disamping itu keragaman genetiknya yang tinggi memungkinkan tanaman dikembangkan untuk memperoleh varietas-varietas unggulan (Poerwanto, 2000). Salak Bali adalah produk organik yang di dalam pengembangannya pada umumnya tidak menggunakan bahan kimia buatan, baik berupa pestisida maupun pupuk. Buah salak Bali  mempunyai kekhasan tersendiri dalam citarasa dibandingkan dengan varietas salak lainnya di Indonesia. Bahkan Hutton (1996) menyebutkan bahwa salak yang tumbuh di daerah Sibetan, Kabupaten Karangasem-Bali dan sekitarnya adalah salak terbaik dibandingkan dengan salak lainnya di Asia.
Luas panen dari tanaman salak di Bali meningkat secara nyata dari tahun ke tahun.  Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali (2000) menunjukkan bahwa dari tahun 1997 ke 1998 terjadi peningkatan luas panen sebesar 23% dan pada tahun 1999 meningkat lagi sebanyak 30%.  Produksi  pada tahun 1998 diperkirakan sebanyak 36.473 ton (Data Bali Membangun, 1999), namun yang tercatat untuk diantar pulaukan pada tahun yang sama dengan tujuan DKI Jakarta, Jateng, Jatim dan NTB adalah sebanyak 4.497 ton dan tidak terdapat data yang menunjukkan bahwa buah ini telah diekspor (Diperta Pangan Propinsi Bali, 2000). Memperhatikan perbandingan data tersebut dan dengan asumsi bahwa jumlah yang diantar pulaukan selain ke daerah yang tersebut di atas adalah lebih kecil, maka sebagian besar produksi diperkirakan masih berada di daerah Bali. Tidak terdapat data pasti tentang jumlah penggunaan akhir buah salak di daerah Bali, seperti konsumsi lokal, pengolahan dan untuk kegiatan ritual, bahkan diperkirakan banyak dari buah salak ini mengalami kerusakan dan pembusukan atau nilainya menjadi sangat rendah pada periode musim panen.
Salah satu kendala di dalam pemasaran buah salak adalah adanya rasa sepet (astringent) yang relatif cukup tinggi terkecuali salak varietas gula pasir. Tampaknya rasa sepat inilah yang juga menjadi kendala pengembangan untuk bisa masuk pasar internasional. Di jepang, rasa sepat buah persimon telah mampu dikurangi dengan cara memberikan perlakuan ethanol (Yamada, 1994). Dengan perlakuan uap ethanol, water-soluble tanins yang menyebabkan rasa sepat menjadi terkondensasi dan tidak larut (insoluble) yang selanjutnya teroksidasi dicirikan dengan warna agak gelap pada daging buah dan rasa sepat menjadi jauh berkurang. Yamada (1994) menambahkan rasa sepat pada buah persimon ini dapat dihilangkan dengan perlakuan 140 mL ethanol di dalam kemasan box 15 kg selama 10-14 hari pada suhu kamar. Untuk menghindari terjadinya penggelapan warna pada daging buah yang disebabkan kelembaban tinggi, maka di dalam box tersebut ditambahkan bahan penghisap uap air.
Perlakuan ethanol pada buah-buahan lainnya telah pula dilaporkan mampu meningkatkan mutu sensoris, kadar gula dan ratio gula-asam pada buah blueberries, tomat dan pear (Paz et al., 1981). Menurunnya kemasaman dan meningkatnya rasio gula-asam dari jeruk Valencia yang disimpan di dalam atmosfer termodifikasi disebabkan oleh meningkatnya kadar ethanol dan acetaldehyde di dalam buah (Pesis dan Avisar, 1989). Keuntungan aplikasi ethanol telah pula dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan in-vitro mikroorganisme pembusuk buah-buahan dan sayur-sayuran seperti Rhizopus stolonifer, Penicillium digitatum, Coletotrichum musae, Erwinia carotovora dan Pseudomonas aeroginosa (Utama, 1997).
Berdasarkan kemampuan ethanol dalam menurunkan rasa sepat buah kesemek dan kemampuan lainnya dari senyawa volatile ini maka telah dicobakan perlakuan ethanol terhadap buah salak dengan tujuan untuk menurunkan tingkat kesepatannya.



METODA PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian

Buah Salak. Buah salak varietas Nangka dibeli langsung di kebun di desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Buah dipanen dengan perkiraan kematangan yang sama dan selanjutnya diangkut menuju Laboratoium Program Studi Teknologi Pertanian UNUD di Kampus Sudirman Denpasar. Selanjutnya buah disortir dengan ukuran yang sama dan tanpa kerusakan fisik, kemudian dibersihkan dari durinya. Buah bebas duri ini, selanjutnya siap diperlakukan dengan ethanol.

Kadar Tanin. Kadar tanin buah dari perlakuan ethanol baik dengan cara pencelupan ke dalam larutan ethanol dan perlakuan dengan uap ethanol serta kontrol diamati pada hari ke dua, empat dan delapan setelah perlakuan.  Prosedur penentuan kadar tanin adalah seperti dijelaskan berikut ini (Ranganna, 1986).


Pada 750 mL air ditambahkan 100 g sodium tungstat, dan 20 g asam posfomolibdat dan 50 mL dari 85% asam posforat. Campuran di reflux selama 2 jam dan dinginkan sampai 25oC dan larutkan sampai 1L dengan air. Ke dalam 100 mL air tambahkan 35 g sodium karbonat anhidrous, dilarutkan pada suhu 70-80oc dan dinginkan satu malam.  Sementara itu dilarutkan 100 mg asam tanat dalam 1 L air.  Persiapkan larutan baru untuk setiap determinasi (1 mL = 0.1 mg asam tanat).
Untuk persiapan larutan standard, pipet 0-10 mL dari larutan standard asam tanat ke dalam tabung volumetrik mengandung 75 mL air. Tambahkan 5 mL reagen Folin-Denis dan 10 mL larutan Na­2CO3 ke dalam setiap tabung volumetrik dan takar sampai 100 mL dengan air. Campurkan dengan baik dan ukur warna setelah 30 menit pada 760 nm terhadap blank yang di sesuaikan pada absorbansi 0.
Sampel dipersiapkan dimana 5 g bahan di didihkan selama 30 menit dengan 400 mL air, dinginkan, transfer ke dalam 500 mL tabung volumetrik dan takar sampai tanda. Digoyangkan dengan baik dan disaring dan siap diukur absorbansinya dengan spektrofotometer. Penentuan kadar tanin yaitu dengan kalkulasi sebagai berikut:

                 


Total Padatan Terlarut. Pengukuran dilakukan pada hari yang sama dengan pengukuran kadar tanin terhadap juis salak dengan menggunakan hand refractometer (Bellingham and Stanley Ltd., London) pada suhu 20oC.
Total Asam. Juice dari buah salak disaring dengan kertas saring Whatman No.4.  Sebanyak 10 mL dipipet ke dalam bejana beaker. Seketar 100 mL air distilasi ditambahkan dan campuran dititrasi dengan 0.1 N NaOH sampai pH 8.1 menggunakan pH-meter. Jumlah NaOH yang dibutuhkan dicatat dan digunakan untuk menghitung total asam. Total asam diekspresikan sebagai persen dari asam dominan dalam buah, asam malat, dan formula yang digunakan untuk perhitungan adalah:
     % Total asam = (berat eqivalent asam x Normalitas NaOH x titer)/berat sampel

Rancangan Percobaan
Untuk mengetahui apakah ethanol berpengaruh terhadap rasa sepat, maka dua percobaan terpisah dilakukan dengan waktu berbeda. Pertama adalah perlakuan buah salak dengan larutan ethanol dengan konsentrasi 0% (aquades), 25%, 50% dan 75 % ethanol dalam aquades. Kontrol, yaitu tanpa perlakuan aquades maupun ethanol, disediakan pula sebagai pembanding, dan ulangan adalah sebanyak dua kali. Buah setelah diperlakukan ditempatkan pada suhu ruang 20oC. Jumlah buah per unit percobaan adalah 20 buah. 
Percobaan kedua adalah dengan memperlakukan buah salak dengan uap ethanol.  Buah sebanyak 20 ditempatkan dalam kantong plastik polietilen (ketebalan 50 um) dengan volume headspace 5 L. Volume ethanol yang berbeda dalam petridish terbuka ditempatkan di dalam kantong plastik. Volume yang dimaksud adalah 0 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL dan 20 mL per kantong.  Buah diperlakukan dengan uap ethanol di dalam kantong plastik adalah selama 24 jam dan untuk selanjutnya plastik dibuka dan buah ditempatkan pada suhu 20oC. Ulangan adalah sebanyak dua kali.
Masing-masing percobaan terpisah di atas dirancang dengan rancangan acak lengkap (RAL). Keragaman data dianalisis secara statistika menggunakan perangkat lunak SPSS.  Uji beda rata-rata perlakuan dilakukan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) bila didapatkan keragaman data berbeda nyata atau sangat nyata.

 



HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Tanin
Tabel 1 dan 2 memperlihatkan bahwa terjadi penurunan kadar tanin buah secara nyata akibat perlakuan ethanol pada konsentrasi tertentu baik berupa larutan maupun berupa uap. Penurunan ini akan semakin jelas dengan semakin bertambahnya umur simpan. Penurunan berarti terhadap kadar tanin terjadi akibat perlakuan larutan ethanol 50% yang di amati pada hari ke-2 dan 4, dan setelah pada hari ke-8 konsentrasi ethanol 25% juga memberikan pengaruh nyata terhadap kadar tanin dibandingkan dengan kontrol dan 0% larutan ethanol. 
Perlakuan dengan uap ethanol, hanya dengan menempatkan 10 mL ethanol didalam plastik dimana 20 buah ditempatkan sudah secara nyata menurunkan kadar tanin buah selama penyimpanan dibandingkan dengan kontrol dan tanpa ethanol dalam kantong plastik. Peranan ethanol adalah terjadinya kondensasi tanin sehingga tanin yang larut dalam air menjadi tidak larut dan rasa sepat menjadi tidak terasa.  Perubahan tanin tersebut dapat diikuti dengan dengan proses oksidasi dari tanin yang tidak larut dalam air tersebut yang dapat dicirikan dengan adanya perubahan warna coklat daging buah kesemek (Yamada,1994). Namun Yamada mencurigai bahwa yang berperan dalam perubahan tanin tersebut adalah acetaldehyde. Senyawa ini dapat dibentuk dari ethanol yang masuk atau yang telagh ada dalam buah dengan melibatkan enzim alkohol dehidrogenase.  Hal ini didukung dengan data pada Tabel 1 dan 2 bahwa semakin panjang umur simpan maka semakin menurun kadar tanin buah baik pada kontrol maupun pada buah yang diperlakukan dengan ethanol. 

Tabel 1.  Kadar tanin buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai konsentrasi larutan ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan pencelupan
Kadar tanin (%)
dalam larutan ethanol
Hari ke-2
Hari ke-4
Hari ke-8
Kontrol
0.26  a
0.24  a
0.22  a
0%
0.26  a
0.24  a
0.22  a
25%
0.26  a
0.23  a
0.20  b
50%
0.24  b
0.21  b
0.19  c
75%
0.24  b
0.20  b
0.18  c
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 2.  Kadar tanin buah salak akibat perlakuan uap ethanol dalam kantong plastik PE selama 24 jam selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan volume
Kadar tanin (%)
 ethanol per kantong plastik
Hari ke-2
Hari ke-4
Hari ke-8
Kontrol
0.28  a
0.28  ab
0.25  a
0 mL
031  b
0.28  a
0.23  b
5 mL
0.28  b
0.27  b
0.23  b
10 mL
0.25  d
0.22  d
0.19  c
15 mL
0.28  b
0.24  c
0.18  c
20 mL
0.26  c
0.22  d
0.16  d
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.  Volume headspace kantong plastik 5 L.

Dengan semakin lama masa simpan proses pemasakan semakin lama terjadi dimana ethanol dan acetaldehyde dalam buah umumnya juga meningkat (Wills et al., 1997). Peningkatan kedua senyawa tersebut relatif tinggi pada buah klimakterik seperti buah salak. Dengan teknik kontrol atmosfer dimana pada buah diberikan konsentrasi CO2 relatif tinggi mampu menurunkan kadar tanin melalui terbentuknya ethanol dan acetaldehyde dalam buah melalui respirasi anaerobik. Sehingga dengan cara ini juga dilakukan untuk menurunkan rasa sepat buah kesemek (Yamada, 1994).

Total Padatan Terlarut
Perlakuan pencelupan bauh salak ke dalam larutan ethanol tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah (Tabel 3). Namun dengan perlakuan dengan uap ethanol, pada hari ke-4, total padatan terlarut meningkat nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa dengan perlakuan uap ethanol terhadap buah selama 24 jam di dalam kantong plastik adalah efektif meningkatkan total padatan terlarut yang sering dianalogkan dengan kadar gula. Hal ini memungkinkan karena kontak dengan uap ethanol, dimana ethanol dalah senyawa yang larut dalam air, dengan mudah berdifusi ke dalam daging buah salak. 
Fenomena yang sama diperlihatkan pada jeruk Valencia, di mana uap ethanol yang diperlakukan terhadap buah tersebut mampu berdifusi ke dalam albedo (rind) dan bahkan sampai kedalam juis buah secara nyata. Keberadaan ethanol dalam albedo bahkan mampu mencegah infeksi penyakit jamur hijau yang disebabkan oleh Penicillium digitatum (Utama, 2000). Peningkatan kadar gula akibat endegenous ethanol dilaporkan oleh Pesis dan Avisar (1989), dimana meningkatnya rasio gula-asam dari jeruk Valencia  yang disimpan di dalam atmosfer termodifikasi disebabkan oleh meningkatnya kadar ethanol dan acetaldehyde di dalam buah.

Tabel 3.  Kadar total padatan terlarut buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai konsentrasi larutan ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan pencelupan
Total padatan terlarut (oBrix)
dalam larutan ethanol
Hari ke-2
Hari ke-4
Kontrol
16.15 b
18.00 b
0%
16.00 b
19.75 ab
25%
16.10 b
20.00 a
50%
16.75 a
19.75 ab
75%
16.50 ab
19.25 ab
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 4.  Kadar total padatan terlarut buah salak akibat perlakuan uap ethanol di dalam kantong plastik PE selama 24 jam selama penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan volume
Total padatan terlarut (oBrix)
 ethanol per kantong plastik
Hari ke-2
Hari ke-4
Kontrol
16.90  a
19.10 d
0 mL
17.00 a
19.60 cd
5 mL
17.15 a
20.35 b
10 mL
16.65 a
20.20 bc
15 mL
17.20 a
21.00 a
20 mL
16.90 a
21.00 a
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.  Volume headspace kantong plastik 5 L.

Total asam
Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa perlakuan dengan ethanol baik berupa larutan maupun berupa uap mampu menurunkan kadar asam buah. Penurunan kadar asam akibat perlakuan larutan ethanol baru terlihat nyata setelah penyimpanan hari ke-8, namun dengan perlakuan uap, penurunan kadar asam telah mulai terlihat mulai hari ke dua penyimpanan. Dengan demikian, perlakuan dengan uap lebih efektif dibandingkan dengan ethanol berupa larutan. Dengan meningkatnya volume ethanol dalam kantong plastik (5 – 20 mL per kantong), semakin menurun kadar asamnya.
Yang menarik dalam penelitian ini, bahwa hanya dengan pembungkusan buah dalam kantong plastik dan tanpa ethanol (0 mL ethanol), mampu menurunkan secara nyata kadar asam buah dibandingkan dengan kontrol. Penurunan kadar asam ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi yang cenderung anaerobik di dalam kemasan, yang mana kondisi ini mengakibatkan terbentuknya ethanol dan acetaldehyde.  Menurunnya kemasaman dari jeruk Valencia yang disimpan di dalam atmosfer termodifikasi disebabkan oleh meningkatnya kadar ethanol dan acetaldehyde di dalam buah (Pesis dan Avisar, 1989).

Tabel 5.  Kadar total asam buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai konsentrasi larutan ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan pencelupan
Total asam (%)
dalam larutan ethanol
Hari ke-2
Hari ke-4
Hari ke-8
Kontrol
0.40  a
0.39 a
0.40  a
0%
0.39 a
0.38 c
0.33  b
25%
0.36 b
0.30  c
0.30  d
50%
0.40 a
0.33  bc
0.31  c
75%
0.43  c
0.35 b
0.28  e
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tabel 6.  Kadar total asam buah salak akibat perlakuan uap ethanol di dalam kantong plastik PE selama 24 jam selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan volume
Total asam (%)
 ethanol per kantong plastik
Hari ke-2
Hari ke-4
Hari ke-8
Kontrol
0.36 a
0.36  a
0.32 a
0 mL
0.36 a
0.30 b
0.24  b
5 mL
0.29 b
0.26  c
0.23 b 
10 mL
0.29 b
0.26  c
0.21 c
15 mL
0.29 b
0.25  d
0.21 c
20 mL
0.28 b
0.24  d
0.20 c
Keterangan:  Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.  Volume headspace kantong plastik 5 L.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

·         Perlakuan ethanol baik berupa larutan maupun uap terhadap buah salak mampu menurunkan rasa sepat yang dicerminkan dengan penurunan kadar tanin. Dengan hanya 50% larutan ethanol atau 10 mL ethanol yang ditempatkan bersama-sama dengan 20 buah salak selama 24 jam di dalam kantong plastik, secara nyata mampu menurunkan kadar tanin.
·         Perlakuan uap ethanol  5 mL per kantong plastik secara nyata meningkatkan total padatan terlarut yang mencerminkan kadar gula buah salak. Semakin meningkat volume ethanol yang ditempatkan dalam kantong plastik, maka semakin meningkat kadar gulanya. Dengan perlakuan ethanol berupa uap adalah lebih efektif meningkatkan kadar gula dibandingkan dengan perlakuan berupa larutan ethanol.
·         Perlakuan ethanol berupa larutan dan uap telah pula mampu menurunkan kadar asam buah. Semakin meningkat konsentrasi ethanol yang diperlakukan maka semakin menurun kadar asamnya. Hanya dengan menempatkan buah dalam kantong plastik, yang menimbulkan kondisi atmosfer termodifikasi, menyebabkan penurunan kadar asam dibandingkan dengan kontrol. 

Saran 
            Ethanol dinyatakan statusnya sebagai GRAS oleh FDA-USA dan telah banyak dipergunakan dalam industri makanan, maka penggunaan ethanol untuk menurunkan rasa sepat buah salak akan memberikan nilai tambah terhadap buah tersebut.  Berkenaan dengan hal tersebut perlu dirancang metode untuk aplikasinya dilapangan yang mudah dilakukan oleh individu petani, kelompok tani maupun dalam kelompok usaha bersama.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA Propinsi Bali.1999.  Data Bali Membangun.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali.2000. Distribusi dan Pemasaran Komoditas Pertanian.
Hutton, W.1996. Tropical Fruits of Indonesia. Periplus Rditions. 62 pp.
Kelly, M.O., and Saltveit, Jr. M.E.1988. Effect on endegenously synthesized and exogenously applied ethanol on tomato fruit ripening. Plant Physiol. 88:143-147.
Nursten, H.E.1970.  Volatile compounds: The aroma of fruits. In The Biochemistry of Fruits and Their Products, Vol 1. Hulme, A.C. (edt). Academic Press London, NY. 239-267.
Paz, O., Janes, H.W., Prevost, B.A. and Frenkel C.1981. Enhancement of fruit sensory quality by postharvest application od acetaldehyde and ethanol. J. Food. Sci. 47:270-276. et al., 1981
Pesis, E. and Avisar, I.1989.  The postharvest quality of orange fruit as affected by pre-storage treatments with acetaldehyde vapor or anaerobic conditions. J. Hort. Sci. 64(1):107-113.
Saltveit, Jr. M.E. and  Sharaf, A.R.1992. Ethanol inhibit ripening tomato fruit harvested at various degrees of ripeness without affecting subsequent quality.  J. Am. Soc. Hort. Sci. 117(5):793-798.
Utama, I M.S., Kuek, C and Yuen, C.M.C.1997. Efficacy of volatile plant metabolites against decay microorganisms.  Proc. Of Australasian Postharvest Horticulture Conference;  Globalisation; the chalenge to home and export market.  28 Sept. – 3 Oct. 1997, Sydney, Australia.
Utama, I M.S.2000. Control of Fruit and Vegetable Decay Microorganisms with Plant Volatiles (Thesis Ph.D.), Dept. of Food Technol., Newcastle Univ. Australia.
Wills, R. B. H., McGlasson, B., Graham, D., and Joice, D.1997. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits, Vegetables and Ornamentals.  4th Edt. Univ. Of New South Wales Press Ltd., Sydney. 262 pp.