Selasa, 07 Mei 2013

statistik pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Setiap pribadi maupun masyarakat memerlukan pendataan yang harus dicatat dan diperthatikan bagi kelangsungan hidupannya, baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun Negara. Dalam rangka mengisi dokumentasi negara sebgai penduduk di Indonesia, tentu saja memerlukan kerja keras dan perjuangan untuk mengisi angket, yang semuanya harus bersentuhan dengan individu atau masyarakat maupun yang lebih luas lagi yaitu Negara dan pihak Internasional.Untuk semua itu memerlukan pendataaan dan dukungan dari semua pihak, sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat atau pihak tertentu yang menjadi tujuan dari pelaksanaan tersebut. Bentuk pendataan yang memiliki daya daya dukung tersebuat adalah pembuatan KTP, pencatatan nilai, mengisi rapot dan sebagainya. Kesemuanya itu membutuhkan statistik, baik itu ukuran pemusatan data (mean, median, modus, persentil, dan kuartil), ukuran penyebaran data ( simpangan rata-rata, standar deviasi, variansi), dll. Misalnya di bawah ini adlah table hasil ulangan dua kelompok siswa yang terdiri atas 10 orang :
A
70
65
60
60
60
65
70
65
75
60
B
75
50
40
45
20
85
80
90
80
85
Kedua kelompok di atas memiliki nilai rata-rata yang sama, yaitu X = 65. Kalau kita perhatikan datanya, nilai rata-rata dari kelompok A lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena nilai-nilai datanya tidak berbeda jauh dengan rata-ratanya. Sebaliknya, untuk kelompok B, variasi nilai setiap siswanya sangat besar, yaitu 90-20. Jika nilai rata-rata dari kedua kelompok nilai tersebut dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mengajar; kelompok pertama dapat dikatakan berhasil karena prestasi siswanya hamper merata. Sebaliknya, kelompok B dapat dikatakan tidak berhasil karena ada sebagian siswa yang tidak bisa menyerap pelajaran dari gurunya.
Berdasrkan uraian di atas jelaslah bahwa nilai rata-rata tidak cukup untuk menggambarkan data secara keseluruhan. Untuk menginterpretasikan data secara keseluruhan, selain nilai rata-rata juga, harus disertakan ukuran-ukuran lain disebut ukuran variabelitas (ukuran penyebaran).ukuran penyebaran adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar nilai-nilai data berbeda atau bervariasi dengan nilai ukuran pusatnya atau seberapa besar penyimpangan nilai-nilai dat dengan nilai pusatnya. Ukuran penyebaran data yang akan dibahas dalam makalah ini adalah simpangan dan standar deviasi.

1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain : untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah STATISTIK I pada khususnya, serta untuk mengetahui data dalam bentuk tabel,membaca data dalam bentuk tabel dan agar dapat menghitung simpangan baku secara benar dan mudah memahaminya.

1.3  Rumusan Masalah
Makalah tentang STATISTIKA I ini mencakup beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
1.      SIMPANGAN RATA-RATA
a.       Data individu
b.      Data kelompok
2.      SIMPANGAN BAKU (STANDAR DEVIASI)
a.       Data individu
b.      Data kelompok
3.      CONTOH KASUS DAN LANGKAH PENYELESAIANNYA
a.       Simpangan rata-rata ; data kelompok dan data tidak berkelompok
b.      Simpangan baku (standar deviasi); data kelompok dan data tidak tidak berkelompok











BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Istilah Dan Konsep Disversi
Rata-rata dari serangkaian nilai-nilai observasi tidak dapat diiterpretasikan secara terpisah dari hasil disperse nilai-nilai tersebut sekitar rata-ratanya. Bila terdapat keseragaman dalam nilai-nilai observasi Xi, maka disperse nilai-nilai tersebut akan sam dengan nol dan rata-ratanya akan sama dengan nilai Xi . Makin besar variasi nilai-nilai Xi  makin kurang reprensentatif rata-rata distribusinya. Dua buah contoh yang bersifat edukatif akan saya ketengahkan guna menjelaskan persoalan di atas.
Table  prosedur di bawah menyajikan cara menghitung rata-rata dari keenam hasil tes bulanan mata kuliah statistic deskriptif oleh mahasiswa A dan B
PROSEDUR cara menghitung hasil tes bulanan mata kuliah statistic deskriptif oleh mahasiswa A dan B

Mahasiswa
Hasil Test
A
60
65
50
60
65
60
B
30
90
50
70
60
60
Mahasiswa A : X = 360/6 = 60
Mahasiswa B : X = 360/6 = 60

Rata-rata hasil test kedua mahasiswa di atas tidak berbeda. Namun demikian , disperse hasil tes mahasiswa B (3p-90) jauh lebih besar dari pada variasi tes mahasiswa A (50-65). Hal tersebut berarti hasil tes mahasiswa B kadang-kadang baik dan kadang-kadang buruk, sedangkan hasil tes mahasiswa A jauh lebih konstan (stabil). Prestasi Mahasiswa B.
Contoh kedua yang kami ketengahkan merupakan contoh tentang rata-rata besarnya modal pedagang kaki lima di DKI Jakarta pata tahun 1978. Cara penghitungan rata-rata sedimikian iti dapat didikuti dalam table prosedur di bawah. Distribuse frekuensi besaran modal dalam prosedur di bawah nini merupakan distribusi dengan interval terbuka di kedua ujung distribusi. Guna memudahkan penghitungan rata-rata dengan menggunakan rumus : X = iu + X0, dengan i= besar interval kelas , u= rata-rata variable u pada skala u, X0 = titik tolk yang dipilih secara arbriter dari nilai m dan dianggap sama dengan nol. Kita andaikan kelas pertama memeiliki batas kelas bawah sebesar 1 dan kelas terakhir memiliki batas atas sebesar 27.500.
Prosedur cara menghitung rata-rata besarnya model pedagang kaki lima di DKI Jakarta , 1978:
Besarnya Modal
Dalam Rp
mi
fI
ui
∑ uifi
- 2.500
1.250,5
7.362
-1
-7.362
2.501 – 5.000
3750,5
23.211
0
0
5000 – 7.500
6.250,5
11.489
1
11.489
7.501 – 10.000
8.750,5
10.398
2
20.796
10.001 – 12.500
11.250,5
3.602
3
10.806
12.501 – 15.000
13.750,5
7.374
4
29.496
15.001 - 17.500
16.250,5
1.498
5
7.490
17.501 – 20.000
18.750,5
3.094
6
18.564
20.001 – 22.500
21.250,5
1.223
7
8.561
22.501 – 25.000
23.750,5
3.479
8
27.832
25.001 +
26.250,5
15.767
9
141.903


88.497

269.575
sumber : kantor sensus dan statistic DKI Jakarta dan diterbitkan dalan Jakarta dalam Angka, 1979, halaman 268.


 
u = 269.575/88.497 = 3,046
X = 3.750,5 + 3,046 (2.500)
  = 11.365,5

Rata-rata besarnya modal pedagang kaki lima di atas ialah Rp 11.365,5 meskipun di antara pedagang di antara pedagang kaki lima mungkin ada yang bermodal hanya Rp 500,- da nada pula yang bermodal Rp 25.00,-. Apakah modal rata-rata sebesar Rp 11.365,5 di atas cukup representative atau cukup “tepat” menggambarkan besarnya modal semua pedagang kaki lima? Representatifnya rata-rata bagi sebuah modal pedagang itu sendiri. Penentuan (penilaian) apakah rata-rata di atas cukup representative berhubungan erat dengan hasil pengukuran tingkat dispresi dari Xi.
Selain dari pada itu, dispresi tingkat rata-rata ke arah dua ujung distribusi mungkin saja tidak sama besarnya sehingga pengukuran kemencengan distribusi tersebut juga perlu dilakukan. Sebetulnya, tingkat dispersi juga berhubunga erat dengan sifat sama jenis data. Misalnya, data tentang besarnya modal pedagang kaki lima di bidang makanan akan lebih kecil variasinya jika di bandingkan dengan variasi besarnya modal seluruh pedagang kaki lima yang meliputi bidang makanan, pertekstilan, jasa, barang skunder dan sebagainya dengan besaran yang berbeda-beda sekali. Umumnya, rata-rata akan cukup representative bagi serangkaian nilai-nilai observasi  Xi bila nilai-nilaitersebut diperoleh dari data yang bersifat sama jenis bagi tujuan pengamatan tertentu.
Akhirnya,disperse nilai-nilai obsevasi distribusi itu sendiri mungkin penting sekali artinya. Seorang pengusaha industry yang berminat mengawasi kualitas hasil produksinya harus berusaha mencegah terjadinya variasi kualitas unit-unit produknya hingga di luar batas-batas tertentu. Pengusaha lampu pijar selain harus mengusahakan agar unit-unit produknya memiliki daya tahan yang lama, tapi juga harus dapat mengusahakan agar variasi kualitas (daya tahan) dari lampu ke lampu seminimal mungkin. Hasil roduksi yang berkualitas rata-rata tinggi dn seragam yang selalu lebih baik dari pada hasil produksi yang berkualitas rata-rata tinggi tapi memiliki variasi yang lebih besar pula.

2.2. Analisis Data
1. Simpangan Rata-rata (Mean Deviation)
Simpangan Rata-rata (Mean Deviation) dengan notasi “SR”, biasanya mempergunakan rata-rata hitung  atau median sebagai dasar pengukurannya. Simpang rata-rata dihitung dengan jalan menjumlahkan simpangan masing-masing nilai variable dengan nilai rata-ratanya (median) dan kemudian membaginya dengan jumlah seluruh variable, tanpa memperhatikan tanda jabar. Artinya, simpangan – simpangan itu harus dirata-ratakan seolah – olah kesemuanya itu adalah positif.
Oleh karena itu, jumlah simpangan-simpangan itu merupakan suatu minimum bila diambil di sekitar median, maka kadang-kadang simpangan rata-rata hitung atas dasar median. Namun dalam praktek umumnya dipakai rata-rata hitung dan jika rangkaian data itu simetris, memberikan hasil yang sama.
Simpangan rata-rata merupakan sebuah ukuran variabilitas yang ringkasa dan sederhana. Ukuran ini merangkum seluruh variable yang ada dan tidak dipengaruhi oleh simpangan-simpangan ekstrim di dalam simpangan baku.

a.   Deviasi Rata-rata data Tunggal

Dispersi serangkaian nilai-nilai observasi akan kecil bila nilai-nilai tersebut berknsentrasi sekitar rata-ratanya. Sebaliknya, dispersinya akan menjadi besar bila nilai-nilai observasi terserak-serak jauh dari rata-ratanya. Statistisi umumnya memberi perumusan tentang disperse atas dasar jarak (deviasi) nilai-nilai observasi di atas dari rat-ratanya.
Bila serangkaian nilai-nilai observasi X­I, …,X2,…,Xn memiliki rata-rata X, maka deviasi nilai-nilai diatas dari X-nya secara berturut-turut dapat dinyatakan sebagai X1-X , X2-X , …, Xn-X. penjumlahan deviasi-deviasi di atas dari rata-ratanya menjadi ∑ (Xi – X) sedangkan deviasi rata-rata dari seluruh nilai-nilai observasi Xi dapat dirumuskan sebagai berikut:

SR =                       atau                 SR =
n                                                                          n                                   
keterangan :
SR = simapangan rata-rata
X =  nilai rata-rata
n = banyaknya data
Xi = data ke-i
Md = median

·         Contoh Kasus dan Langkah Perhitungan

1.      Hitunglah simpangan rata-rata dari data berikut iin:
4, 5, 6, 7, 7, 7, 8, 8, 9

Jawab :
X =
   n
     =
     =  = 7

SR =   
               n
=
=  =  = 1,2

2.      Hitunglah simpangan rata-rata dari jumlah pemakaian tenaga  listrik per bulan di DKI Jakarta, 1978
Bulan
Xi, jumlah pemakaian dalam KwH
Xi - X
Januari
110.693.036
-8.502.883,5
8.502.883,5
Februari
108.183.583
-11.012.336,5
11.012.336,5
Maret
104.910.091
-14.285.828,5
14.285.828,5
April
117.652.878
-1.543.041,5
1.543.041,5
Mei
116.395.504
-2.800.415,5
2.800.415,5
Juni
124.166.747
+4.970.827,5
4.970.827,5
JUli
122.084.548
+2.888.628,5
2.888.628,5
Agustus
122.329.315
+3.133.395,5
3.133.395,5
Septenber
125.336.642
+6.140.722,5
6.140.722,5
OKtober
119.824.009
+628.089,5
628.089,5
November
127.885.306
+8.689.386,5
8.689.386,5
Desember
130.889.375
+11.693.455,5
11.693.455,5

1.430.351.034
0.000.000,0
76.289.011,0
Sumber : diolah dari data perusahaan umum listrik Negara distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang dan diterbitkan dalam Jakarta dalam angka 1979, kantor sensus dan statistic, DKI Jakarta Hal. 136.

X = 1.430.351.034 : 12 = 119.195.919,50
dX = 76.289.011 : 12 = 6.357.417,58

Fluktuasi dan jumlah pemakaian tenaga listrik per bulan sebanyak 6.357.417,58 KwH. Dengan kata lain, rata-rata jumlah pemakaian tenaga listrik bulanan berdeviasi ebesar 6.357.417,58 KwH dari rata-rata bulanannya sebesar 119.195.919,50 KwH.

b.      Deviasi rata-rata data kelompok
Bila nilai-nilai observasi sudah dikelompokkan ke dalam bentuk distribusi frekuensi, maka deviasi rata-ratanya dapat dirumuskan sebagai berikut:
SR=
Di mana :
mi = titik tengah kelas frekuensi
fi = frekuensi dari kelas distribusi ke-i
k= jumlah kelas distribusi
·         Contoh kasus dan Langkah Perhitungan

1.      Dalam table prosedur di bawah cara menghitung rata-rata dan deviasi rata-rata usia 150 akseptor di 10 klinik sampel di Lotim
Interval kelas
Usia akseptor
Titik tengah

mi - X
fi
fi
15-19
17
13, 133
1
13,133
20-24
22
8,133
29
235,857
25-29
27
3,133
43
134,719
30-34
32
1,867
41
76,547
35-39
37
6,867
24
164,808
40-44
42
11,867
12
142,404



150
767,468
X = 30,133
SR = = 5,116
Usia 150 akseptor  di atas berdeviasi rata-rata 5,116 dari usia rata-ratanya sebesar  30,133.



2.   Hitunglang simpangan rata-rata hasil penjualan 80 ekor ayam berikut
Hasil penjualan
Rp
Jumlah ayam
f
Nilai tengah
X
f
500-999
6
750
13375,5
8025
1000-1499
12
1250
837,5
10050
1500-1999
19
1750
337,5
6412,5
2000-2499
20
2250
162,5
3250
2500-2999
13
2750
662,5
8612,5
3000-3499
8
3250
1162,5
9300
3500-3999
2
3750
1666,5
3325
Jumlah
80


48975
X = Rp 2087,50
SR= (48975/80) Rp = Rp 612,19

Dari contoh di atas dapat dilihat langkah-langkah perhitungan yang perlu diikuti :
1.      Dari table frekuensi dicari nilai tengah (X) masing-masing kelas
2.      Hitunglah nilai rata-ratanya (median / rata-rata hitung)
3.      Cari simpangan mutlak antara nilai tengah masing-masing kelas dengan angka rata-rata tersebut
4.      Kalikan simpangan tersebut dengan frekuensi masuing-masing kelas kemudian jumlahkan
5.      Bagilah jumlah (4) dengan jumlah seluruh frekuensi
Simpangan rata-rata dapat pula diperguankan sebagai alat untuk mengambil suatu keputusan apabila kit dihadapkan pada suatu pilihan antara dua atau lebih hal yang sama.
·         Karakteristik utama dari simpangan rata-rata:
1.      Simpang rata didasarkan pada setiap nilai di dalam data. Karenanya ia memberikan gambaran yang lebih baik mengenai dispesi dari pada range dan simpang kuartil.
2.      Simpang rata-rata dihitung dari sebuah rata-rata, baik rata-rata hitung maupun median
Ia mengukur dispersi sekitar rata-rata lebih baik dari dispersi di dalam nilai-nilai tertentu, seperti yang diukur dengan range dan simp[angan kuartil
3.      Simpang rata-rata merupakan rata-rata hitung dari nilai-nilai simpangan yang mutlak. Ia mengabaikan tanda-tanda positip dan negative dari simpangan. Ini merupakan kelemahan dari simpang rata-rata.

2.Simpanan Baku
Simpangan baku (standar deviasi ) dengan notasi “s”, adalah  ukuran penyebaran data yang dianggap paling baik dari ukuran penyebaran yang telah di bahas pada bagian terdahulu karena memiliki kebaikan secara matematis untuk pengukuran penyebaran. Simpangan baku, sebagai salah satu ukuran penyebaran mutlak, dapat di gunakan untuk membandingkan suatu rangkaian data dengan rangkaian data lainnya. Simpangan baku suatu rangkaian data adalah akar pangkat dua dari kuadrat terhadap mean. Dengan kata lain, simpangan baku adalah akar pangkat dua dari variasi.

a.      Metode Perhitungan Data Tunggal
Untuk data tunggal perumusan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
S=2)1/2 _ (∑X)2              atau          S  = (∑X2) 1/2
                                                               

Di mana x = X – X untuk setiap nilai variable. .
Keterangan :
S2= variasi
S = standar deviasi
X= nilai ke- i
X= nilai rata-rata
N= banyaknya data

·         Contoh Kasus dan Langkah Perhitungan
1.      Hasil ulangan matematika seorang siswa selama 7 kali adalah sebagai berikut: 3, 5,5,6,7,8,8. Hitunglah simpangan standarnya!

Jawab :
X =  =  = 6

Untuk mencari simpangan standarnya, dapat dibuat sebagai berikut :
Xi
Xi - X
(Xi ­­­­– X)2
3
-3
9
5
-1
1
5
-1
1
6
0
0
7
1
1
8
2
4
8
2
4
∑(Xi – X )2 = 20
Variasi :
S2 = 2
N
     =  = 2,86
S   = 2
=  = 1,69
Jadi simpangan standarnya adalah 1,69
2. Hitunglah simpangan baku skor 15 orang pelamar pekerja
Pelamar
Skor (X)
X2
A
12
144
B
21
441
C
21
441
D
23
529
E
27
729
F
28
784
G
30
900
H
34
1156
I
37
1369
J
39
1521
K
39
1521
L
39
1521
M
40
1600
N
49
2401
O
54
2916
jumlah
439
17973

S = - 2
=  - 2
=  =  = 10,9
Untuk jenis data yang sifatnya kompleks metode di atas masih dapat digunakan karena prosesnya relative lebih sederhana hanya saja, tingkat ketelitiannya menjadi kurang. Keuntungan penggunaan rumus di atas adalah tidak banyak memakan waktu dan tenaga. Di bawah ini akan diberikan contoh penggunaan rumusan kedua, di mana di dalam perumusan ini terlebih dahulu harus dicari nilai rata-rata hitung.

3.Hitunglah  simpangan baku skor 15 orang pelamar pekerjaan
Pelamar
Skor (X)
X- X = x
X2
A
12
12 – 32,8 = -20,8
432,64
B
21
21 – 32,8 = -11,8
139,24
C
21
21 – 32,8 = -11,8
139,24
D
23
23 – 32,8 = -9,8
96,04
E
27
27 – 32,8 =- 5,8
33,64
F
28
28 – 32,8 = -4,8
23,04
G
30
30 – 32,8 =-2,8
7,84
H
34
34 – 32,8 = 1,2
1,44
I
37
37 – 32,8 = 4,2
17,64
J
39
39 – 32,8 = 6,2
38,44
K
39
39 – 32,8 = 6,2
38,44
L
39
39 – 32,8 = 6,2
38,44
M
40
40 – 32,8 =7,2
51,84
N
49
49 – 32,8 =16,2
262,44
O
54
54 – 32,8 =21,2
449,44
Jumlah
439

1.769,80
X = 493/15 = 32,8
S = = =  =10,9
Kedua perumusan di atas memberikan hasil yang sama yaitu S= 10,9. Dibandingkan dengan contoh yang pertama, cara kedua lebih banyak memakan waktu dan tenaga. Di samping itu, hasil perhitungan rata-rata yang dijadikan dasar akan mempengaruhi hasil akhirnya.

b.      Simpangan Standar Dari Data Berkelompok
Pada daya yang telah dikelompokkan, nilai datanya dianggap tersebar secara merata sehingga nilai tengahnya dianggap nilai yang mewakili seluruh data pada masing-masing kelasnya.  Perhitungan simpangan baku untuk data tersusun dapat mempengaruhi salah satu dari metode berikut.
·         Metode panjang
S =  – ()2  
Di mana
 f = frekuensi
X = nilai tengah
·         Metode pendek
S = I  - 2
Di mana d’ = X – A dalam satuan interval
                  A= Arbitrary origin
Penggunaan metode panjang banyak makan waktu dan tenaga, lebih-lebih apabila datanya cukup kompleks. Di dalam praktek motode pendek lebih disukai dibandingkan dengan metode panjang.

·         Contoh kasus dan langkah perhitungan
1.      Hitunglah simpangan baku dengan metode panjang dari hasil penjualan 80 ekor ayam
Hasil penjualan (Rp)
Jumlah ayam
(f)
Nilai tengah
(x)
Fx
Fx2
500 – 999
1.000 – 1.499
1.500 – 1.999
2.000 – 2.499
2.500 – 2.999
3.000 – 3.499
3.500 – 3.999

6
12
19
20
13
8
2

7.50
1.250
1.750
2.250
2.750
3.250
3.750
4.500
15.000
33.250
45.000
33.750
26.000
7.500
3.375.000
18.750.000
58.187.500
101.250.000
98.312.500
84.500.000
28.125.000
JUMLAH
80

167000
392.500.000

S =  -2  =        = = Rp 740,67
Langkah pertama yang harus ditempuh di dalam pemakaian metode pendek adalah menghitung simpangan setiap nilai tengah dari nilai arbitrary origin dalam satuan interval.

2.      Hitunglah simpangan baku dengan metode pendek dari hasil penjualan 80 ekor ayam
Hasil penjualan (Rp)
Jumlah ayam
(f)
d’
Fd
Fd’2
(d’ + 1)2
F(d’ +1)2
500 – 999
1.000 – 1.499
1.500 – 1.999
2.000 – 2.499
2.500 – 2.999
3.000 – 3.499
3.500 – 3.999

6
12
19
20
13
8
2

-3
-2
-1
0
1
2
3
-18
-24
-19
0
13
16
6
54
48
19
0
13
32
18
4
1
0
1
4
9
16
24
12
0
20
52
72
32
JUMLAH
80
0
-26
184

212

S= Rp 500,-  - 2
   = Rp 500,-  = Rp 500 (1,48234) = Rp 740,67
·         Contoh kasus dari skripsi
1.      Di bawah ii disajikan tabel hasil belajar siswa SMPN 2 Pringgasela, mata pelajaran Biologi.
Tabel 1









No
Nilai
fo
Xi
fo x Xi
Xi-M
(Xi-M)2
fo (Xi-M)2
stdev
1
41 - 49
1
45
45
-28.2
795.24
795.24
11,871815
2
50 - 58
3
54
162
-19.2
368.64
1105.92

3
59 - 67
3
63
189
-10.2
104.04
312.12

4
68 - 76
12
72
864
-1.2
1.44
17.28

5
77 - 85
5
81
405
7.8
60.84
304.2

6
86 - 94
6
90
540
16.8
282.24
1693.44



30

2202

1612.44
4228.2










X =  =  = 73,4
S2  =   = 140,94
S =  = 11,871815

Tabel 2
No
Nilai
fo
Xi
fo x Xi
Xi-M
(Xi-M)2
fo (Xi-M)2
stdev
1
41 – 50
5
45.5
227.5
-14.6
213.16
1065.8
14.66
2
51 – 60
6
55.5
333
-4.6
21.16
126.96
3
61 – 70
9
65.5
589.5
5.4
29.16
262.44
4
71 – 80
4
75.5
302
15.4
237.16
948.64
5
81 – 90
4
85.5
342
25.4
645.16
2580.64
6
91 - 100
1
95.5
95.5
35.4
1253.16
1253.16


29

65.15517


6237.64

 
X =  =  = 2,24673
S = =  = 14,66



·         Karakteristik Umum dari Simpangan Baku
1.      Simpangan baku didasarkan atas nilai yang ada di dalam data. Karenanya sebagaimana halnya dengan simpangan rata-rata ia memberikan gambaran yang lebih baik mengenai disperse daripada range dan simpangan kuartil
2.      Simpangan baku dihitung dari rata-rata hitung nilai-nilai yang ada di dalam data. Ia mengukur disperse di sekitar rata-rata bukan disperse di dalam nilai-nilai tertentu seperti yang diukur dengan range dan simpangan kuartil.
3.      Simpangan baku secara matematis adalah logis (masuk akal), karena perhitungannya tidak mengabaikan tanda-tanda positif dan negative dari simpangan individual. Kenyataannya ini menambah kegunaan simpang baku dalam operasi matematis lebih lanjut.
4.      Bila setiap nilai dari data tertentu ditambah (dikurangi) dengan sebuah bilangan tetap, simpang baku tidak terpengaruh. Hal ini benar karena rata-rata, seperti pada setiap nilai, juga ditambah (dikurangi) dengan bilangan tetap tersebut. Jadi simpangan setiap nilai dari rata-rata tidak terpengaruh. Tetapi bila setiap nilai di dalam data diuraikan (dibagi) dengan sebuah bilangan tetap, simpang baku juga dikalikan (dibagi) dengan bilangan tetap.












BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Simpangan rata-rata merupakan ukuran variasi yang lebih baik dari pada range. Karena simpangan rata-rata didapatkan/diperhitungkan dari nilai keseluruhan data.
Simpangan rata-rata merupakan ukuran variasi yang didasarkan pada pengukuran simpangan absoulut, yaitumenekankan pada besar/kecilnya simpangan.
   Simpangan baku (standar deviasi ) dengan notasi “s”, adalah  ukuran penyebaran data yang dianggap paling baik dari ukuran penyebaran yang telah di bahas pada bagian terdahulu karena memiliki kebaikan secara matematis untuk pengukuran penyebaran. Simpangan baku, sebagai salah satu ukuran penyebaran mutlak, dapat di gunakan untuk membandingkan suatu rangkaian data dengan rangkaian data lainnya. Simpangan baku suatu rangkaian data adalah akar pangkat dua dari kuadrat terhadap mean. Dengan kata lain, simpangan baku adalah akar pangkat dua dari variasi.

3.2 Saran
1.     Sebaiknya dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data – data maka digunakanlah rumus statistika.
2.     Dalam pengerjaannya hendaknya langkah – langkah sesuai dengan urutan.
3.     Statistika juga dapat digunakan dalam penerapan ilmu – ilmu lainnya seperti ekonomi, biologi, astronomi dan lain – lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar